Almost Resolve

Every sad story always end with a suicide

Satu minggu ini adalah seperti hal mustahil sekali untuku, hal ku jauhi ku coba dekati lagi walaupun aku merasa takut sekali. Entah sejak kapan setiapkali ku dekati dia rasa takut selalu memnghampiriku, seperti phobia, sangat dingin mencekam ketika aku dekat dengannya oleh sebab itu aku selalu memncoba menjauh. Tapi entah kenapa aku selalu ingin menyiksa diri dengan mencoba dekat denganya lagi, seharusnya aku tak begitu harusnya aku bisa menjadi manusia yang mampu pindah dan melupakan sesuatu yang semestinya tidak pantas ada dalam benaku.
Di mulai dengan rasa penasaranku akan dia yang selama ini tak ingin aku hadir dalam hidupnya kupikir. Aku bingung dan aku penasaran maka ku coba untuk menghubunginya lagi melalui secarik sms “malam” begitu sapaku yang mana sudah lama sekali ku putuskan tak mau menghubunginya lagi sampai hari ini, dia menjawab yang mana sangat tak kusangka akan menjadi suatu percakapan singkat. Hari berikutnya aku bertemu denganya tetapi aku masih tak berani menyapanya memang aku bodoh sekali, seperti ada rasa takut akan tersakiti bila aku di dekatnya bukan karna dia tapi karena perasaanku yang sangat kuat padanya yaitu “harapan.”
Entah karena ada suatu kejadian apa pasang surut yang dia biasa terapkan padaku yang mana selalu kadang baik kadang jahat bodohnya aku selalu saja tidak bisa menolak rasa ini. Hari ini dia baik padaku menyapaku walau hanya dengan sebuah lemparan korek api ke arahku. Aku sengaja tak menghiraukanya tapi selalu ada tapi jika itu tentangnya. Ku coba beranikan berbicara padanya setelah agak lama sekitar beberapa bulan aku tak bicara padanya. Rasa canggung dan takut selalu membayangiku selalu saja begitu. Tapi itu adalah awal dari mula dari mendekatnya diriku padanya.
Awal masuk kuliah semester 6, sakit sekali rasanya kalu di ingat aku masih saja satu mata kuliah denganya, kata orang kalo jodoh pasti ketemu lagi begitu, tapi buatku ini ketemu bukan karena jodoh kebetulan saja kami teman 1 kampus yang sama jurusan dan semester bahkan urutan nama mahasiswa kami dekat seperti absen satu dan absen dua tapi kenyataanya kata JODOH jauh sekali dari nasibku padanya. Aku coba mendekatinya dengan susah payah aku datang padanya dengan harapan “sekali lagi HARAPAN” yang nantinya akan berakhir seperti biasanya kupikir, sedangkan hatiku selalu saja tak menyadari hal itu sehingga aku selalu saja datang padanya seolah menyerahkan diriku pada setan yang akan membunuhku nantinya. Menyedihkan bukan.
Dan sialnya lagi entah kenapa dimana aku sudah hampir menyerah seperti ni tiba-tiba dia baik padaku, baru kali ini aku merasa dia butuh aku. Dia memintaku datang padanya kali ini aku datang padanya kami mengobrol santai bercerita di bawah sinar bulan. Malam itu kami bersama, aku merasa ini seperti mimpi. Akan tetapi tiba-tiba dia menghubungi pacarnya, aku baru sadar ternyata dia sedang ada masalah dengan kekasihnya. Huft… aku tahu juga malam itu dia meminta kekasihnya untuk datang dan berbicara padanya. Akhirnya kuputuskan untuk pergi ternyata hari itu aku kecewa pada diriku lagi yang mana masih saja bermimpi. Aku pergi tak berapa lama kekasihnya datang. Selayaknya film-film di bioskop serasa flashback ke ingatan-ingatan dahulu sepertinya aku harus melupakanya. Melangkah menjauh, isyarat sifatnya lagi-lagi inginkan aku menjauh.
Esoknya dia menghubungiki mengatakan hubunganya baik-baik saja. Sejatinya harusnya aku mengatakan ikut bahagia dan memang itu yang kukatakan. Dalam hati aku menangis sangat menyedihkan kisahku ini hanya bisa bermimpi. Ya tuhan jika dia (anik listiyowati) memang jodohku maka satukanlah kami, jika tidak maka tunjukan jalanku ke hati yang lain.

0 komentar:

Post a Comment