FRIEND WHO WAS LEFT FOREVER


Sahabat, kala itu masih sangat ku ingat saan aku pertama bertemu denganmu. Sebuah kost di pojokan kota, kost kecil para mahasiswa rantau dari jauh dari plosok yang mencari ilmu. Aku masih ingat betul kala itu ku belum mengenalmu, kita masih sungkan dan saling memanggil dengan sebutan "mas” begitu sapaku saat meminta sebuah file lagu di laptopmu. Dwi Ariyanto Nugroho namamu, sebuah pertemuan denganmu, sahabatku teman terbaikku. Mahasiswa unirow TPL.
                Perkenalan kita semakin baik sebagai teman kala itu. hingga salah satu temanku mengajakmu bergabung di sebuah ormas bernama GMNI, sebuah ormas yang berasas marhaenisme di mana ideology pancasila yang membuat kita menjadi saudara seperjuangan saudara perjuangan saudara dalam berbagi mimpi ataupun apapun juga. Setelah kau bergabung dengan GMNI serasa aku memiliki teman baru yang bisa aku ajak bicara. Satu2nya teman di organisasi yang nyambung ketika aku harus berbiara teknologi. Bukan hanya itu kita sudah seperti saudara sendiri terlalu banyak kenangan yang engkau tinggalkan.
                Ingatkah kawan ketika pertama kali aku menginisiasi mu di acara diklat itu. Kala itu aku adalah seniormu dan kamu juniorku, tapi seiring waktu kita belajar bersama, tertawa, berjuang, berteriak lantang di depan penguasa yang menentang keadilan, ingat kan kau kawan? Ingatkah kita sama2 menerpa dingin malam?, lapar dan tak punya tujuan. Ingatkah saat kita jatuh dan tak menganggap roda nasib itu berputar. Masih juga kuingat ketika cinta tak berpihak pada kita, atau bahkan saat kita harus memaksa tubuh ini untuk berjuang dan belajar dalam kondisi yang sangat sulit.  Mati-matian berusaha untuk sebuah revolusi di hidup kita, berjalan gontai kesepian bersama-sama, mencoba hal baru....arrrrgh terlalu banyak yang ingin aku tulis tentangmu. Tapi kenapa aku menangis mengingatmu. Bukankah kita tak pernah memikirkan ujung jalan ini,,, tapi kenapa kini kau pergi kawan
                Jauh kawan, sangat jauh jalan yang telah kita tempuh bersama, dan masih jauh juga seharusnya jalan yang nantinya harus kita telusuri. Kita pernah bermimpi kawan, mimpi indah saat kita di ambang ketidak tahuan. Mimpi manis di kala pahit sama2 menemani lidah nasib kita.
                Masih selalu terbayang saat2 hanya kamu sahabatku yang selalu menemaniku di kala hati ini gundah karna sesuatu tak selalu menjadi seperti yang kuharapkan. Hanya kamu yang kuingat sahabat, selalu disisiku. Selalu kamu, kamu sahabatku yang paling mengerti dan bisa selalu ada untukku.
                Hanya kamu yang memahami semua keluhku, tapi saat kamu membantuku aku malah salah mengerti, aku marah padamu yang seharusnya aku tak kulakukan. Aku sangat menyesal kawan kenapa di saat terakhir kita tak bertegur sapa. Aku yang sangat menyesal sangat ku ingat sore itu terakhir kali kau sapa aku. “mau pulang put?” dengan ketus ku jawab “iya”......andai saja waktu bisa ku ulangi. Aku akan meminta maaf padamu, aku terlalu bodoh. Kini hanya sesal yang ada di dada....
                Tak lagi bisa kujumpai canda tawamu, tak lagi bisa kudengar cerita2 konyolmu, tak lagi ku dengar hapemu yang memutarkan lagu2 korea itu, tak ada lagi yang memintaku untuk membetulkan fleksible w395nya, tak ada yang bercanda tentang cewek yang menolaku saat kita ngopi....ya Tuhan sesingkat inikah persahabatan kami??? Saat aku mengakhirinya dengan sesal.
                Aku ingin menyampaikan maafku yang terdalam untuknya ya Tuhan. Sampaikanlah maafku padanya ya Tuhan, lindungi ia disisimu, berikan tempat terindah untuknya ya tuhan. Kamu adalah sahabat ku “DWI” the best friends ever.

0 komentar:

Post a Comment